SUMBER |
A. Definisi Inovasi Pembelajaran
Secara sederhana, inovasi dimaknai sebagai pembaruan atau perubahan dengan ditandai oleh adanya hal yang baru. Upaya untuk mencari hal yang baru itu, mungkin disebabkan oleh beberapa hal antara lain, dalam upaya memecahkan masalah yang dihadapi seseorang atau kelompok. Dengan demikian suatu ide atau temuan yang baru atau perubahan baru tetapi kurang membawa dampak kepada upaya pemecahan masalah, tidak dapat diartikan sebagai inovasi. Inovasi sebagai suatu ide, gagasan, praktik atau objek/benda yang disadari dan diterima sebagai suatu hal yang baru oleh seseorang atau kelompok orang untuk ditiru dan diadopsi. (Wahyudin, 2012)
Masih menurut Wahyudin (2012: 220), inovasi pada dasarnya merupakan hasil pemikiran yang bercirikan hal yang baru, baik berupa praktik-praktik tertentu, atau berupa produk dari suatu hasil olah pikir dan olah teknologi yang diterapkan melalui tahapan tertentu yang diyakini dan dimaksudkan untuk memecahkan persoalan yang timbul dan memperbaiki suatu keadaan menjadi lebih baik. Dalam bidang pendidikan misalnya, untuk memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi, telah banyak dilontarkan model-model inovasi dalam berbagai bidang, antara lain; usaha pemerataan pendidikan, peningkatan mutu, peningkatan efisiensi, dan efektivitas pendidikan serta relevansi pendidikan. Yang kesemuanya dimaksudkan agar difusi inovasi yang dilakukan bisa diadopsi dan diamnfaatkan untuk perbaikan dan pemecahan pendidikan di negeri ini. Adapun beberapa contoh inovasi antara lain: program belajar jarak jauh, manajemen berbasis sekolah, pengajaran kelas rangkap, pembelajaran kontekstual, pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM). Sedangkan, difusi inovasi dimaknakan sebagai penyabarluasan dari gagasan inovasi tersebut melalui suatu proses komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan saluran tertentu dalam suatu rentang waktu tertentu diantara anggota sistem sosial masyarakat.
Menurut Mubiar Agustin (2011: 82) didalam bukunya menyatakan bahwa pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan professional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum. Adapun pendapat Gagne yang dikutip oleh Mubiar (2011: 82) bahwa definisi pembelajaran ialah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi seragkaian peristiwa yang dirancang, disusun dengan sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa inovasi pembelajaran ialah suatu usaha-usaha baru, baik berupa pemikiran ataupun berupa praktik-praktik yang dilakukan oleh guru, guna untuk memberikan pengajaran yang lebih relevan sehingga para peserta didik pun dapat memperoleh ilmu dengan lebih luas.
Dalam bidang pendidikan, menurut Wayudin (2012: 221) banyak usaha yang dilakukan untuk kegiatan yang sifatnya pembaruan atau inovasi pendidikan. Inovasi pendidikan tersebut antara lain dalam hal manajemen pendidikan, metodologi pembelajaran, media, sumber belajar, pelatihan guru, implementasi kurikulum, pembelajaran dan sebagainya. Dalam kajian unsur inovasi, paling tidak ada empat unsur inovasi yang akan dibahas yaitu: inovasi, saluran komunikasi, waktu dan proses inovasi, serta sistem sosial.
B. Unsur, dan Ciri Inovasi Pendidikan
1. Hakikat dan Batasan Inovasi
Secara sederhana inovasi ialah perubahan kearah yang baru, sedangkan difusi ialah proses penyerapan sesuatu yang baru dengan menekankan pada aspek filterasi. Dengan demikian, difusi inovasi dimaknakan sebagai penyebarluasan dari gagasan inovasi tersebut melalui suatu proses komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan saluran tertentu dalam suatu rentang waktu tertentu diantara anggota sistem sosial masyarakat. Jika kita analisis bahwa suatu hasil olah pikir, olah ide, olah teknologi hingga menghasilkan suatu inovasi tertentu, maka selanjutnya kita perlu memikirkan batasan-batasan waktu. Dan khusus dalam bidang pendidikan, aspek batasan waktu dapat dijadikan sebagai indikator penting dalam membicarakan suatu hasil inovasi tertentu. (Wahyudin, 2012: 221)
Masih menurut Wahyudin, para ahli sebenarnya telah banyak melakukan analisis berkenaan dengan hal inovasi dalam bidang pendidikan. Adanya keragaman dalam definisi inovasi tersebut adalah sesuatu yang wajar disesuaikan dengan kajian ataupun focus yang menjadi pusat perhatiannya. Seperti Evveret M, menyebut inovasi sebagai suatu ide, gagasan, praktik atau objek/benda yang disadari, dan diterima sebagai suatu hl yang baru oleh seseorang atau kelompok untuk diadopsi. Berbeda dengan ahli lain seperti Stephen Robbins yang menyebut inovasi sebagai suatu gagasan baru yang diterapkan untuk memprakarsai atau memperbaiki suatu produk atau proses, dan jasa.
2. Inovasi Pendidikan
Santosa S. Hamidjojo menyatakan bahwa inovasi pendidikan sebagai suatu perubahan yang baru dan secara kualitatif berbeda dari hal sebelumnya dan sengaja diusahakan untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan tertentu, termasuk dalam bidang pendidikan. Inovasi tidak hanya sekedar terjadinya perubahan dari suatu keadaan kepada keadaan lainnya. Dalam perubahan yang tergolong inovasi, disamping terjadi yang baru mesti terdapat unsur kesengajaan, unsur kualitas yang lebih baik dari sebelumnya dan terarah pada peningkatan berbagai kemampuan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. (Wahyudin, 2012: 223)
Masih didalam Wahyudin, Inovasi pendidikan pada dasarnya merupakan suatu perubahan ataupun pemikiran cemerlang dibidang pendidikan yang bercirikan hal baru, atau berupa praktik-praktik pendidikan tertentu, atau berupa produk dari suatu hasil olah pikir dan olah teknologi yang diterapkan melalui tahapan tertentu yang diyakini dan dimaksudkan untuk memecahkan persoalan pendidikan yang timbul dan memperbaiki suatu keadaan pendidikan, atau proses pendidikan tertentu yang terjadi di masyarakat.
3. Difusi Inovasi Pendidikan
Wahyudin (2012: 224) secara umum difusi inovasi dimaknakan sebagai penyebarluasan gagasan inovasi tersebut melalui suatu proses komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan saluran tertentu dalam suatu rentang waktu tertentu diantara anggota system sosial dalam masyarakat. Ada keterkaitan erat antara difusi, inovasi, dan komunikasi. Oleh karena difusi adalah proses komunikasi untuk menyebarluaskan gagasan, ide, karya dan sebagainya, sebagai suatu produk inovasi maka aspek komunikasi menjadi sangat penting dalam menyebarluaskan gagasan, ide, ataupun produk tersebut. Inovasi dalam bidang pendidikan dilakukan dalam upaya sengaja untuk memperbaiki suatu keadaan atau kondisi tertentu dalam bidang pendidikan, baik dalam bentuk ide, praktik, ataupun produk baru untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan pendidikan secara efektif, dan efisien.
4. Ciri Inovasi Pendidikan
Inovasi pendidikan merupakan pemikiran cemerlang yang bercirikan hal baru atau berupa praaktik-praktik tertentu, baik berupa produk maupun berupa olah pikir yang diterapkan melalui tahapan tertentu yang diyakini dan dimaksudkan untuk memecahkan persoalan yang timbul dan memperbaiki suatu keadaan tertentu, atau proses tertentu didalam masyarakat. Difusi inovasi pendidikan sering diartikan sebagai penyebarluasan gagasan inovasi pendidikan tersebut melalui suatu proses komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan saluran tertentu dalam suatu rentang waktu tertentu diantara anggota system sosial masyarakat. Denga demikian, difusi inovasi pendidikan ialah suatu proses untuk mengomunikasikan suatu inovasi dalam bidang pendidikan kepada suatu anggota system sosial melalui saluran komunikasi tertentu dan berlangsung sepanjang waktu. (Wahyudin, 2012)
Menurut B. Miles yang dikutip Wahyudin (2012: 234) ciri-ciri inovasi termasuk inovasi pendidikan memiliki 4 hal utama diantaranya:
a. Memiliki kekhasan/khusus, artinya suatu inovasi memiliki cirri yang khas dalam arti ide, program, tatanan, sistem, termasuk kemungkinan hasil yang diharapkan. Ciri khusus berarti program inovasi bisa berdimensi makro dengan melibatkan banyak orang dengan rentang waktu yang lama. Namun ciri khusus juga bisa berdimensi mikro, sederhana, dengan melibatkan orang yang terbatas dengan durasi waktu yang terbatas pula. Hal utama bercirikan spesifik adalah suatu inovasi memunculkan kondisi khusus, dan bukan asal tersebar. Misalnya program guru kelas rangkap (multi grade teachers), yang dianggap memiliki ciri khusus dibanding dengan program sejenis yang ada.
b. Memiliki ciri atau unsure kebaruan. Dalama arti, suatu inovasi harus memiliki karakteristik sebagai buah karya dan buah pikir yang memiliki kadar orisinalitas dan kebaruan. Dengan demikian, inovasi ini merupakan suatu proses penemuan baik berupa ide, gagasan, hasil, sistem, ataupun produk yang dihasilkan.
c. Program inovasi dilaksanakan melalui program yang terencana. Dalam arti bahwa suatu inovasi akan dilakukan melalui suatu proses yang tidak tergesa-gesa, namun dipersiapkan dengan matang.
d. Inovasi yang digulirkan memiliki tujuan, yaitu bahwa program inovasi yang dilakukan harus memiliki apa yang ingin dicapai, termasuk arah dan strategi yang bagaimana untuk mencapai tujuan tersebut dicapai dari system inovasi yang dilakukan.
C. Adopsi dan Pelaksanaan Inovasi Pendidikan
1. Tahapan Pelaksanaan Inovasi
Ada beberapa tahapan proses keputusan inovasi, yaitu: (1) tahap pegetahuan, yaitu apabila individu/ kelomppok membuka diri terhadap adanya suatu inovasi, (2) tahap bujukan, yakni manakala individu atau kelompok mulai membentuk sikap menyenangi bahkan tidak menyenangi inovasi, (3) tahap pengambilan keputusan, yaitu tahap dimana seseorang/kelompok melakukan aktivitas yang mengarah kepada keputusan untuk menerima atau menolak inovasi, (4) tahap implementasi, yaitu ketika seseorang atau kelompok menerapkan atau menggunakan inovasi itu dan (5) tahap konfirmasi, yaitu tahap dimana seseorang atau kelompok mencari penguatan terhadap keputusan inovasi yang dilakukannya. Dengan demikian proses adopsi inovasi akan dipengaruhi oleh sistem internal organisasi kemasyarakatan yang bersangkutan.
Organisasi atau tatanan kemasyarakatan yang baik dan stabil akan mengadopsi suatu inovasi dengan mempertimbangkan syarat-syarat, yakni: (1) memiliki tujuan yang jelas, (2) memiliki pembagian tugas yang dideskripsikan secara jelas, (3) memiliki kejelasan struktur otoritas atau kewenangan, (4) memiliki peraturan dasar dan peraturan umum, (5) memiliki pola hubungan informasi yang teruji. (Wahyudin, 2012: 234)
2. Peran Agen Perubahan
Dalam system sosial, salah satu komponen penting adalah pemimpin pendapat (opinion leaders) dan agen perubahan. Sering peran pemimpin pendapat sangat berpegaruh pada perilaku individu. Pemimpin pendapat ialah suatu tingkat dimana seseorang dapat memengaruhi individu yang lainnya atau mengatur perilaku individunya secara tidak formal kearah kondisi yang diharapkan sesuai dengan norma yang berlaku. Sedangkan agen perubahan merupakan individu yang bisa memengaruhi pengambilan inovasi klien yang diharapkan pada agent perubahan. (Wahyudin, 2012: 236)
3. Percepatan Adopsi Inovasi
Menurut Wahyudin (2102: 236) bahwa tingkat percepatan adopsi suatu hasil inovasi akan sangat bergantung pada beberapa faktor. Derajat adopsi tersebut sangat bergantung pada karakteristik atau ciri dari inovasi itu sendiri. Karakteristik inovasi yang sangat memengaruhi derajat adopsi tersebut sangat bergantung pada:
a. Adanya keuntungan relatif artinya sampai sejauhmana suatu inovasi yang diperkenalkan memberi manfaat dan keuntungan bagi perorangan atau masyarakat yang akan mengadopsinya.
b. Memiliki kekompakkan dan kesepahaman, artinya sampai sejauhmana inovasi bisa sejalan dan kompak dengan sistem nilai yang ada, ataupun sejalan dengan pengalaman masa lalu masyarakat yang mengadopsinya.
c. Memiliki derajat kompleksitas, artinya sampai sejauh mana derajat kompleksitas, kesukaran dan kerumitan suatu produk inovasi dirasakan oleh masyarakat. Dengan demikian maknanya, semakin kecil derajat kerumitan atau semakin gampang dicerna dan dipahami suatu hasil inovasi tersebut, maka akan semakin besar kemungkinannya untuk diadopsi oleh perorangan atau masyarakat.
d. Dapat dicobakan, artinya sampai sejauhmana suatu inovasi dapat diujicobakan keandalan dan manfaatnya. Suatu hasil inovasi dapat dengan gampang diadopsi, manakala hal tersebut dapat dengan dilihat dan diuji cobakan melalui pengalaman lapangan.
e. Dapat diamati, yaitu sampai sejauhmana suatu hasil inovasi dapat diamati. Suatu gampang suatu hasil inovasi diamati, maka akan semakin tinggi peluang hasil inovasi yang dihadapi.
4. Penemuan Kembali (Re-invention)
Secara sederhana, re-invention adalah penemuan kembali, setelah melalui modifikasi. Dalam bidang pendidikan, proses penemuan kembali ini lazim dilakukan dalam inovasi pendidikan yang dilaksanakan. Misalnya pada tahun 1980-an, dalam upaya peningkatan mutu pendidikan dasar di Indonesia diujicobakan pendekatan pembelajaran melalui Sistem Pembinaan Cara Belajar Siswa Aktif (SPP-CBSA). Pada tahun 2000, melalui program peningkatan mutu pendidikan dasar digulirkan Pembelajaran Aktif, Kreatif, dan menyenangkan (PAKEM) sebagai bentuk perubahan, penyesuaian, dan modifikasi yang menghasilkan proses re-invention dari CBSA. (wahyudin, 2012: 238)
Suatu ilustrasi misalnya, salah satu alasan mengapa terjadi penemuan kembali (re-invention), karena adanya inovasi yang kuat darri adopter yang berkeinginan menjadi “pelaku” dan bukan sekedar “pelaksana” dari suatu ide baru. Para adopter itu berkeyakinan bahwa mereka lebih memahami dan mengathui kondisi local ketimbang para agen pembaru (agent of change) yang datang. Dalam konteks inilah, penemuan kembali merupakan hal yang penting, dimana inovasi diubah dan disesuaikan dengan situasi setempat.
D. Inovasi Kurikulum Di Indonesia
Menurut Arifin (2012: 312) didalam bukunya menyatakan bahwa dalam pengembangan sistem pendidikan di Indonesia telah dilakukan berbagai upaya inovasi kurikulum dan pembelajaran, seperti perubahan tujuan kurikulum, penyesuaian materi dan waktu, reorientasi pendekatan, dan strategi pembelajaran, serta system penilaian. Untuk itu sering dilakukan percobaan-percobaan atau studi kasus pada sekolah tertentu. Apabila dari percobaan ini menunjukkan hasil yang baik, maka selanjutnya dituangkan dalam suatu kebijakan nasional untuk digunakan di seluruh Indonesia. Masalahnya adalah mengapa inovasi kurikulum dan pembelajaran di Indonesia harus dilakukan. Dan ada beberapa pertimbangan perlunya inovasi kurikulum di Indonesia yaitu, Pertama relevansi, yaitu masih tidak adanya ketidaksesuaian antara kurikulum yang digunakan dengan kebutuhan di lapangan. Kedua, proses dan hasil belajar di Indonesia masih sangat rendah –sesuai dengan indikator-indikator tertentu-. Ketiga masalah pemerataan. Pembangunan pendidikan di Indonesia sampai saat ini memang masih kurang merata. Di satu sisi, pendidikan di kota dapat berjalan dengan baik sesuai dengan tuntutan kurikulum, sementara di sisi lain, di kota kecil ataupun di desa masih sangat ketinggalan. Hal ini mungkin disebabkan karena di kota besar pembangunan infrastruktur sudah tersedia sehingga kurikulum dapat berjalan dengan baik. Dan setelah bentuk atau wujud inovasi kurikulum itu ada, kemudian dilaksanakan dalam situasi yang sebenarnya. Untuk itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, diantaranya:
1. Faktor Guru (pendidik)
Guru sebagai ujug tombak dalam pengembangan kurikulum merupakan pihak yang sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran. Kepiawaian dan kewibawaan guru sangat menentukan keefektifan kurikulum baik disekolah maupun diluar sekolah. Oleh karena itu, guru memiliki peran utama dan pertama baik sebagai pendidik sebagai pembimbing, pengajar, pelatih, pelaksana, maupun sebagai innovator kurikulum.
2. Faktor Peserta Didik
Program pembelajaran dan perangkatnya merupakan pedoman dalam implementasi kurikulum di sekolah. Program pembelajaran merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam kurikulum sebagai suatu system. Faktor ini harus diperhatikan karena hasil inovasi kurikulum pada akhirnya disusun dalam program pembelajaran.
3. Faktor Fasilitas
Fasilitas, termasuk sarana dan prasaranya tidak bisa diabaikan dalam penerapan inovasi kurikulum. Fasilitas merupakan hal yang turut memengaruhi kelangsungan suatu inovasi yang akan diterapkan.
4. Faktor Lingkungan Sosial Masyarakat
Masyarakat secara langsung maupun secara tidak langsung, sengaja maupun tidak disengaja terlibat dalam inovasi kurikulum. Pada dasarnya, tujuan inovasi kurikulum ialah mengubah masyarakat menjadi lebih baik, terutama masyarakat dimana peserta didik itu berasal. Tanpa melibatkan masyarakat disekitarnya, inovasi kurikulum tentu akan terganggu, bahkan bisa merusak.
E. Ruang Lingkup dan Bentuk Inovasi Kurikulum
Menurut Arifin (2012: 313) didalam bukunya menyatakan bahwa secara garis besar, ruang lingkup inovasi kurikulum terdiri atas, tujuan kurikulum, struktur kurikulum, isi/materi pembelajaran, proses pembelajaran, dan system penilaian. Tujuan kurikulum bersumber dari setiap mata pelajaran. Jadi, setiap jadi perubahan mata pelajaran, maka setiap itu pula terjadi perubahan tujuan kurikulum. Susunan mata pelajaran ini biasanya disebut dengan struktur kurikulum. Hampir setiap pergantiankurikulum selalu terjadi perubahan struktur kurikulum. Misalya pada tahun 1975, struktur kurikulum mengalami perubahan yang sangat mendasar, mulai dari jenis mata pelajaran sampai dnegan organisasi kurikulumnya. Dalam kurikulum 1968, organisasi kurikulum yang digunakan adalah mata pelajaran yang terpisah-pisah, seperti ilmu hayat, ilmu bui, dan berhitung. Sedangkan dalam kurikulum 1975, organisasi kurikulum yang digunakan adalah bidang studi, yaitu mata pelajaran yang serumpun difusikan menjadi satu bidang studi. Akibat organisasi kurikulum yang digunakan berbeda, maka struktur kurikulumnya juga berbeda.
Inovasi kurikulum juga menyangkut tentang materi. Selama ini kurikulum di Indoesia banyak menggunakan kurikulum berbasis isi, dan sejak kurikulum 2004 baru menggunakan kurikulum berbasis kompetensi. Perubahan kurikulum ini mengakibatkan perubahan paradigma terhadap proses pembelajaran, yaitu dari apa yang harus diajarkan (isi) menjadi apa yang harus dikuasai (kompetensi). Perubahan kurikulum ini juga membawa implikasi terhadap cara guru mengajar atau proses pembelajaran. Semula guru lebih menenkankan pada selesainya pokok bahasan (isi), tetapi melupakan hasil, tetapi sekarang justru lebih menekankan pada hasil.
F. Beberapa Hasil Inovasi Kurikulum
Menurut Wahyudin (2012: 248) didalam bukunya menyatakan bahwa perubahan-perubahan dan pergantian-pergantian kurikulum sejak tahun 1960-an hingga tahun 2007 yang lalu telah banyak dirasakan, perubahan ini merupakan hasil berfikir dan merupakan produktivitas bagaimana inovasi dalam penyesuaian kurikulum yang selalu dituntut oleh masyarakat dapat dilakukan. Alasan mengapa perubahan atau inovasi ini dapat terjadi, salah satunya adalah hasil evaluasi kurikulum.
Inovasi kurikulum ini sebenarnya terjadi dan dilakukan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan bahkan untuk tingkat inovasi satuan pembelajaran pun sangat banyak inovasi yang dilakukan. Berikut ini ada beberapa hasil inovasi berikut ini, yakni:
1. KTSP
2. KBK
3. Kurikulum 2007
4. Broad Based Curriculum
5. Kurikulum Sistem Ganda (KSG)
6. Kurikulum Muatan Lokal
Selain nama-nama kurikulum hasil inovasi diatas sebenarnya masih banyak produk dari kurikulum ini yang secara internal dalam institusi akademik, maupun praktis dapat kita temui di lapangan.
G. Beberapa Hasil Inovasi Pembelajaran
Sampai saat ini beberapa temuan baru yang merupakan hasil dari inovasi pembelajaran sudah sangat banyak, diantaranya ialah yang disebut dengan Based learning, LCBT, ICARE, dan pembelajaran berbasis computer dengan bentukbentuk model Tutorial, Simulasi, games, dan Biological Communication Based Learning.
1. Model Pembelajaran Brain Based learning
Model pembelajaran Inovasi ini berkembang sebagai hasil dari penelitian yang dilakukan oleh pakar “Belajar Otak” dari Eric Jensen. Model ini memberikan dasar masukan bagi para pengembang pembelajaran yang selama ini masih menggunakan dasar ilmu psikologi. Dengan demikian, model ini merupakan model supplement terhadap model pembelajaran yang mengandalkan landasan psikologi perkembangan, psikologi pembelajaran, dan teori-teori belajar. Aspek yang ditelaah dari inovasi ini, yaitu aspek keunggulan otak manusia yang diasumsikan memiliki dukugan kuat terhadap gejala-gejala psikologis yang selama ini terlihat dari bentuk dan performance siswa ketika mengkuti pembelajaran.
2. Model Pembelajaran LCBT
Model pembelajaran Lateral Computer Base Tutorial (LCBT), ini pada dasarnya menerapkan prinsip model latihan dan tutorial dengan melalui penerapan berfikir lateral atau loncatan berfikir yang didukung kemampuan visual dalam memahami informasi pembelajaran dari layar computer. Model pembelajaran yang diharapkan masih berorientasi dalam rangka meningkatkan motivasi dan kreativitas, serta kecepatan memahami materi yang tentunya tidak akan terlepas dari daya tarik visual, audio dan animasi serta kemampuan hand tools ketika peserta didik mengorganisasi pencarian pengetahuannya dalam computer. Demikian juga dalam prosesnya model yang dituntut bisa dikembangkan untuk jenjang SMP ini sudah ditujukan kepada upaya membantu kecepatan (acclerated). Kecepatan ini terutama ditujukan pada aktivitas mengamati, memahami, sampai dengan menemukan, mengkonstruksi rumus hingga penerapan rumus dalam menyelesaikan soal.
3. Model Pembelajaran ICARE
Kata ICARE ini merupakan singkatan dari (1) Introduction (pengenalan), (2) connect (menghubungkan), (3) Apply (menerapkan dan mempraktikkan), (4) Reflect (merefleksikan), dan (5) extend (memperluas dan evaluasi).
a. Tahap pertama: Introduction (pengenalan)
Ada dua objek penting dalam tahap ini. Yang pertama, menginformasikan rumusan tujuan yang ingin dicapai dalam suatu kegiatan pembelajaran. Kedua, menginformasikan bagaimana bahan yang akan disajikan sesuai dengan bahan secara keseluruhan.
b. Tahap kedua: Connect (Menghubungkan)
Tahap ini menghubungkan informasi dan pengetahuan yang telah dimiliki siswa dengan informasi yang akan disajikan atau informasi baru.
c. Tahap ketiga: Apply (mengaplikasikan)
Tahap ini pembelajaran dilakukan secara interaktif dan mengaplikasikan bahan/materi yang diajarkan dengan persoalan-persoalan nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Biasanya kegiatan ini dilakukan melalui proses belajar aktif dan melalui serangkaian praktik.
d. Tahap keempat: Reflect (refeksi)
Yaitu bagaimana membantu siswa mengorganisasikan pikiran dan pemahaman bahan yang telah dicapainya dengan memberi kesempatan untuk memperluas informasi yang telah diperoleh. Hal lainnya guru bisa memberikan kesempatan yang seluas-luasnya agar siswa dapat berefleksi dan mengartikulasikan pengetahuan yang telah didapatnya dalam implementasi yang lebih nyata.
e. Tahap kelima: Extend (melanjutkan)
Ada dua kegiatan utama dalam tahap utama ini. Pertama, guru melakukan serangkaian penaglaman belajar tambahan yang bisa memperkaya pengetahuan yang telah dicapai siswa, terutama bagi siswa yang diyakini telah menguasai bahan/materi yang telah diajarkan. Sedangkan bagi kelompok siswa yang diyakini masih memiliki kesulitan dan masih belum menguasai bahan secara keseluruhan, tahap ini bisa dianggap sebagai kegiatan remedial. Kedua, sebagai bentuk kegiatan evluasi, yaitu sampai sejauh mana para siswa dapat menguasai bahan yang telah diajarkan. Selain itu, guru pun bisa mengevaluasi sampai sejauh mana bahan yang disiapkan bisa dilaksanakan dengan baik, dan bila diperlukan hasil evaluasi ini bisa dianggap sebagai dasr bahan/materi yang akan diajarkan.
EmoticonEmoticon