SUMBER |
A. Pendekatan Pembelajaran
1. Definisi Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
Pendekatan pembelajaran adalah suatu upaya menghampiri makna pembelajaran melaui suatu cara pandang dan pandangan tertentu atau aplikasi suatu cara pandang dan pandangan tertentu dalam memahami makna pembelajaran. (Pembelajaran, 2012: 190)
Menurut Linggar Tyas dalam web nya http://sharewithlinggar.blogspot.com/2013/03/metode-pendekatan-dan-model-pembelajaran.html, mengemukakan bahwa pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
2. Klasifikasi Pendekatan Pembelajaran
Menurut Rusman dalam buku Kurikulum dan Pembelajaran(2012: 191-194), menyebutkan bahwa berbagai pendekatan dalam rangka memahami makna pembelajaran, antara lain:
a. Pendekatan Filsafati terhadap Pembelajaran
G. F Kneller (1971), E. J. Power (1982), Callahan dan Clark (1983) mengemukakan adanya berbagai aliran filsafat pendidikan. Konsepsi dan makna pembelajaran berdasarkan pendekatan beberapa aliran filsafat pendidikan yang berbeda tersebut antara lain sebagai berikut:
1) Idealisme
Pembelajaran adalah kegiatan tanya jawab antara guru dengan siswa, melatih keterampilan berpikir siswa, serta pemberian teladan dalam hal pengetahuan, nilai dan moral dalam keyakinan dan tingkah laku guru, agar siswa dapat “menemukan” jawaban atas masalah yang dihadapinya sehingga dapat menguasai pengetahuan esensial yang sudah diterima benar dan berlaku sepanjang zaman, serta dapat mengembangkan karakter dan bakat-bakatnya.
2) Realisme
Pembelajaran adalah kegiatan guru menciptakan kondisi lingkungan dengan disiplin tertentu untuk dialami siswa, agar siswa menguasai pengetahuan yang esensial dan terbentuk kebiasaan-kebiasaan, sehingga dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan alam dan lingkungan sosialnya, serta mampu melaksanakan tanggung jawab sosial.
3) Pragmatisme
Pembelajaran adalah kegiatan guru memfasilitasi dan membimbing siswa belajar memecahkan masalah melalui aktivitas/kerja (learning by doing), inquiry atau discovery sesuai minat, bakat dan kebutuhan siswa, yang dilakukan secara terpadu dan kontekstual dengan realitas yang dipandang selalu berubah, agar siswa mampu memecahkan bernagai masalah hidup pribadi dan sosial yang dihadapinya secara demokratis.
4) Konstruktivisme
Pembelajaran adalah kegiatan guru memfasilitasi dan membimbing siswa berpikir, agar siswa dapat mengembangkan konsep dan pengertian tentang sesuatu sebagai hasil konstruksi aktif siswa sendiri melalui pengalaman yang sesuai dengan situasi dunia nyata siswa (kontekstual).
5) Eksistensialisme
Pembelajaran adalah kegiatan guru mendampingi siswa (belajar) berdasarkan minat bakat dan kebutuhan-kebutuhannya untuk sampai pada penyadaran diri dan mengembangkan komitmen yang berhasil mengenai sesuatu yang penting dan bermakna bagi eksistensinya (keberadaannya).
6) Filsafat Pendidikan Nasional (Pancasila)
Pembelajaran adalah interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar lainnya pada suatu lingkungan belajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
b. Pendekatan Psikologi terhadap Pembelajaran
Berikut konsepsi tentang pembelajaran berdasarkan pendekatan aliran psikologi, yaitu:
1) Behaviorisme
Pembelajaran adalah kegiatan guru menciptakan kondisi lingkungan sebagai stimulus -berupa tugas, disiplin dan sebagainya- untuk direspon oleh siswa, yang dilakukan dalam bentuk pembiasaan atau latihan setahap demi setahap secara rinci, yang diikuti dengan penguatan secara terus menerus, agar terjadi modifikasi tingkah laku sehingga siswa menguasai kemampuan melakukan sesuatu.
2) Kognitif
Pembelajaran adalah kegiatan guru membimbing siswa melakukan proses internal yang kompleks berupa pemrosesan informasi, agar siswa dapat mengembangkan kemampuan atau fungsi-fungsi kognitifnya secara optimal, kemampuan hubungan sosial, dan menggunakan kecerdasannya secara bijaksana.
3) Humanisme
Pembelajaran adalah kegiatan guru memfasilitasi dan membimbing siswa belajar melalui proyek-proyek terpadu yang menekankan pada studi-studi sosial yang didasarkan atas pemuasan kebutuhan dan kepribadian siswa, agar siswa memperoleh pemahaman dan pengertian, bukan hanya memperoleh pengetahuan dalam rangka pengembangan sosial, pengembangan keterampilan berkomunikasi serta kemampuan untuk tanggap terhadap kebutuhan kelompok dan individu yang pada akhirnya diarahkan untuk dapat mencapai “kesempurnaan” diri.
c. Pendekatan Sistem terhadap Pembelajaran
Berdasarkan pendekatan sistem, pembelajaran dapat dipandang sebagai suatu keseluruhan terpadu yang terdiri atas berbagai komponen yang saling berinteraksi secara fungsional dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Terdapat berbagai komponen yang terlibat di dalam pembelajaran. Komponen-komponen pembelajaran itu adalah tujuan atau kompetensi yang ingin dicapai, materi pembelajaran yang akan disajikan, metode pembelajaran yang digunakan, alat bantu/media pembelajaran yang dipakai dan penilaian.
Senada dengan itu, menurut Tolkhah (2004) yang dikutip oleh Abdul Majid (2007: 134) dalam buku Perencanaan Pembelajaran menyebutkan bahwa ada beberapa pendekatan yang perlu mendapat kajian lebih lanjut berkaitan dengan pembelajaran, diantaranya:
1) Pendekatan Psikologis (Psychological approach)
Pendekatan ini perlu dipertimbangkan mengingat aspek psikologis manusia yang meliputi aspek rasional/intelektual, aspek emosional, dan aspek ingatan.
2) Pendekatan Sosio-Kultural (Socio-cultural approach)
Suatu pendekatan yang melihat dimensi manusia tidak saja sebagai individu melainkan juga sebagai makhluk sosial-budaya yang memiliki berbagai potensi yang signifikan bagi pengembangan masyarakat, dan juga mampu mengembangkan sistem budaya dan kebudayaan yang berguna bagi kesejahteraan dan kebahagiaan hidupnya.
B. Model Pembelajaran
1. Definisi Model Pembelajaran
Menurut Linggar Tyas dalam web nya http://sharewithlinggar.blogspot.com/2013/03/metode-pendekatan-dan-model-pembelajaran.html menyebutkan, seca ra khusus istilah ”model” diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan sesuatu kegiatan. Dalam pengertian lain, ”model” juga diartikan sebagai barang atau benda tiruan dari benda yang sesungguhnya, istilah ”model” digunakan untuk menunjukkan pengertian yang pertama sebagai kerangka konseptual. Atas dasar pemikiran tersebut, maka yang dimaksud dengan ”model pembelajaran” adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasian pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
Senada dengan itu, Rusman dalam buku Kurikulum dan Pembelajaran (2012: 198) menjelaskan bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat kita gunakan untuk merancang pembelajaran tatap muka di dalam kelas atau dalam latar tutorial dan dalam membentuk materil-materil pembelajaran termasuk buku-buku, film-film, pita kaset, program media komputer, dan kurikulum (serangkaian studi jangka panjang).
2. Klasifikasi Model Pembelajaran
Menurut Bruce Joyce dan Marsha Weil yang dikutip oleh oleh Rusman dalam buku Kurikulum dan Pembelajaran(2012: 199-205) menyebutkan bahwa, ada empat kelompok model pembelajaran, yaitu :
a. Model Interaksi Sosial
Model interaksi social menekankan pada hubungan personal dan social kemasyarakatan diantara peserta didik. Model tersebut berfokus pada peningkatan kemampuan peserta didik. Untuk berhubungan dengan orang lain, terlibat dalam proses-proses yang demokratis dan bekerja secara produktif dalam masyarakat. Model ini didasari oleh teori belajar Gestalt (field-theory). Model interaksi social menitikberatkan pada hubungan yang harmonis antara individu dengan masyarakat (learning to life together).
Aplikasi teori Gestalt dalam pembelajaran adalah:
1) Pengalaman Insight/Tilikan. Dalam proses pembelajaran, siswa hendaknya memiliki kemampuan insight, yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu objek. Guru hendaknya mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dengan insight.
2) Pembelajaran yang bermakna. Kebermaknaan unsur-unsur yang terkait dalam suatu objek akan menunjang pembentukan pemahaman dalam proses pembelajaran. Content yang dipelajari siswa hendaknya memiliki makna yang jelas baik bagi dirinya maupun bagi kehidupannya di masa yang akan datang.
3) Perilaku betujuan. Perilaku terarah pada suatu tujuan. Perilaku di samping ada kaitannya dengan SR-bond, juga berkaitan erat dengan tujuan yang hendak dicapai. Pembelajaran terjadi karena siswa memiliki harapan tertentu. Sebeb itu pembelajaran akan berhasil bila siswa mengetahui tujuan yang akan dicapai.
4) Prinsip ruang hidup (Life space). Dikembangkan oleh Kurl Lewin (teori medan/field theory). Perilaku siswa terkait dengan lingkungan/medan dimana ia berada. Materi yang disampaikan hendaknya memiliki kaitan dengan situasi lingkungan dimana siswa berada (CTL).
Menurut Oemar Hamalik (2010: 128) dalam buku Kurikulum dan Pembelajaran menyebutkan bahwa, dalam model ini tercakup beberapa strategi pembelajaran, yaitu:
1) Kerja kelompok; Tujuannya adalah untuk mengembangkan keterampilan berperan serata dalam proses bermasyarakat dengan cara mengembangkan hubungan interpersonal, dan keterampilan mengembangkan dalam bidang akademik.
2) Pertemuan kelas; Tujuannya adalah untuk mengembangkan pemahaman mengenai didri sendiri dan merasa tanggung jawab, baik terhadapdiri sendiri maupun terhadap kelompok.
3) Pemecahan masalah sosial, atau inquiry sosial; bertujuan untuk mengembangkan kemampuan memecahkan maslah-maslah sosial dengan cara berpikir logis dn penemuan akademik.
4) Model labolatorium; bertujuan untuk mengembangkan kesadaran pribadi dan keluesan dalam kelompok.
5) Model pengajaran Yuris Prudensi; bertujuan untuk melatih kemampuan mengolah informasi dan memecahkan masalah sosial dengan cara yuris prudensi.
6) Bermain peranan; bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa menemukan nilai-nilai sosial dan pribadi melalui situasi tiruan.
7) Simulasi sosial; bertujuan untuk membantu siswa mengalami berbagai kenyataan sosial serta menguji reaksi mereka.
b. Model Pengolahan Informasi
Model pengolahan atau pemrosesan informasi ditekankan pada pengambilan, penguasaan, dan pemrosesan informasi. Model ini lebih memfokuskan pada fungsi kognitif peserta didik. Model ini didasari oleh teori belajar kognitif dan berorientasi pada kemampuan peserta didik memproses informasi yang dapat memperbaiki kemampuannya. Pemrosesan informasi merujuk pada cara mengumpulkan/menerima stimuli dari lingkungan, mengorganisasi data, memecahkan masalah, menemukan konsep, dan menggunakan simbol verbal dan visual.
Teori Pemrosesan Informasi/kognitif dipelopori oleh Robert Gagne (1985). Fase-fase proses pembelajaran menurut Robert M. Gagne adalah:
1) Motivasi, merupakan fase awal memulai pembelajaran dengan adanya dorongan untuk melakukan suatu tindakan dalam mencapai tujuan tertentu (motivasi intrinsik dan ekstrinsik).
2) Pemahaman, dimana individu menerima dan memahami informasi yang diperoleh dari pembelajaran. Pemahaman didapat melalui perhatian.
3) Pemerolehan, yaitu individu memberikan makna/mempersepsi segala informasi yang sampai pada dirinya sehingga terjadi proses penyimpanan dalam memori siswa.
4) Penahanan, adalah menahan informasi/hasil belajar agar dapat digunakan untuk jangka panjang (proses mengingat jangka panjang).
5) Ingatan kembali, yakni mengeluarkan kembali informasi yang telah disimpan, bila ada rangsangan.
6) Generalisasi, ialah menggunakan hasil pembelajaran untuk keperluan tertentu.
7) Perlakuan, merupakan perwujudan perubahan perilaku individu sebagai hasil pembelajaran.
8) Umpan balik, yaitu individu memperoleh feedback dari perilaku yang telah dilakukannya.
Terdapat sembilan langkah yang harus diperhatikan pendidik di kelas dalam kaitannya dengan pembelajaran pemrosesan informasi, yaitu:
1) Melakukan tindakan untuk menarik perhatian siswa.
2) Memberikan informasi mengenai tujuan pembelajaran dan topik yang akan dibahas.
3) Merangsang siswa untuk memulai aktivitas pembelajaran.
4) Menyampaikan isi pembelajaran sesuai dengan topik yang telah diterapkan.
5) Memberikan bimbingan bagi aktivitas siswa dalam pembelajaran.
6) Memberikan penguatan pada perilaku pembelajaran.
7) Memberikan feedback terhadap perilaku yang ditunjukkan siswa.
8) Melaksanakan penilaian proses dan hasil.
9) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan menjawab berdasarkan pengalamannya.
Oemar Hamalik (2010: 129) menyebutkan bahwa model proses informasi meliputi beberapa strategi pembelajaran, yaitu:
1) Mengjar induktif; bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan membentuk teori.
2) Latihan inquiry; Tujuannya pada prinsipnya sama dengan strategi di atas. Bedanya terletak pada segi proses mencari dan menemukan informasi yang diperlukan.
3) Inquary keilmuan: Bertujuan untuk mengajarkan sistem penelitian dalam disiplin ilmu, dan diharapkan memperoleh pengalaman dalam domein-domein lainnya.
4) Pembentukan konsep; Bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir induktif, mengembangkan konsep dan kemampuan analisis.
5) Model pengembangan; bertujuan untuk mengembngkan inteligensi umum, terutama berpikir logis, disamping itu untuk mengembangkan aspek sosial dan moral.
6) Advanced organizer model; Bertujuan untuk mengembangkan kemampuan memproses informasi yang efisien untuk menyerap dan menghubungkan satuan ilmu pengetahuan (bodies of knoeledge) secara bermakna).
c. Model Personal
Model personal menekankan pada pengembangan konsep diri setiap individu. Hal ini meliputi pengembangan proses individu dan membangun serta mengorganisasikan dirinya sendiri. Model memfokuskan pada konsep diri yang kuat dan realistis untuk membantu membangun hubungan yang produktif dengan orang lain dan lingungannya. Model ini bertitiktolak dari teori Humanistik, yaitu berorientasi pada pengembangan individu. Perhatian utamanya pada emosional peserta didik dalam mengembangkan hubungan yang produktif dengan lingkungannya. Model ini menjadikan pribadi peserta didik mampu membentuk hubungan harmonis serta mampu memproses informasi secara efektif.
Implikasi teori humanistik dalam pendidikan adalah sebagai berikut:
1) Bertingkah laku dan belajar adalah hasil pengamatan.
2) Tingkah lakuyang ada dapat dilaksanakan sekarang (learning to do).
3) Semua individu memiliki dorongan dasar terhadap aktualisasi diri.
4) Sebagian besar tingkah laku individu adalah hasil dari kensepsinya sendiri.
5) Mengajar adalah bukan hal penting, tapi belajar siswa adalah sangat penting (learn how to learn)
6) Mengajar adalah membantu individu untuk mengembangkan suatu hubungan yang produktif dengan lingkungannya dan memandang dirinya sebagai pribadi yang cakap.
Model pembelajaran personal terdiri dari empat jenis strategi pembelajaran, yaitu (Hamalik, 2010: 130):
1) Pengajaran non directif; bertujuan untuk membentuk kemampuan dan perkembangan pribadi kesadaran diri (self awareness), pemahaman (understanding), otonomi, dan konsep diri (self conceft).
2) Latihan kesadaran; Bertujuan untuk meningkatkan kemampuan self exploration and self awareness. Titik beratnya pada perkembangan interpersonal awareness and understanding and body and sensory awareness.
3) Sinektik; Bertujuan untuk mengembangkan kreativitas pribadi dan pemecahan maslah secara kreatif.
4) Sistem konseptual; Bertujuan untuk meningkatkan kompleksitas dasar pribadi yang luwes.
d. Model Modifikasi Tingkah Laku.
Model behavioral menekankan pada perubahan perilaku yang tampak dari peserta didik sehingga konsisten dengan konsep dirinya. Sebagai bagian dari teori stimulus-respon. Model behaviorial menekankan bahwa tugas-tugas harus diberikan dalam suatu rangkaian yang kecil, berurutan dan mengandung perilaku tertentu. Model ini bertitiktolak dari teori belajar behavioristik, yaitu bertujuan mengembangkan sistem yang efisien untuk mengurutkan tugas-tugas belajar dan membentuk tingkah laku dengan cara memanipulasi penguatan (reinforcement). Model ini lebih menekankan pada aspek perubahan perilaku psikologis dan perilaku yang tidak dapat diamanti karakteristik model ini adalah penjabaran tugas-tugas yang harus dipelajari peserta didik lebih efisien dan berurutan.
Ada empat fase dalam model modifikasi tingkah laku, yaitu fase mesin pengajaran (CAI dan CBI), penggunaan media, pengajaran berprograma (linier dan branching) operant conditioning, dan operant reinforcement. Implementasi dari model ini adalah: meningkatkan ketelitian pengucapan pada anak, guru selalu perhatian terhadap tingkah lakubelajar siswa, modifikasi tingkah lakuanak yang kemampuan belajarnya rendah dengan reward, sebagai reinforcement pendukung, dan penerapan prinsip pembelajaran individual terhadap pembelajaran klasikal.
Model pembelajaran ini bertitik tolk dari teori belajar behavioristik. Model tersebut bermaksud mengembangkan sistem-sistem yang efisien untuk memperurutkan tugas-tugas belajar dan membentuk tingkah laku dengan cara memanipulasi penguatan (reinforcement). (Hamalik, 2010: 130)
e. Model Pembelajaran Kontekstual (CTL)
Inti dari pendekatan CTL adalah keterkaitan setiap materi atau topik pembelajaran dengan kehidupan nyata. Untuk mengaitkannya bisa dilakukan dengan berbagai cara, selain karena memang materi yang dipelajari secara langsung terkait dengan kondisi faktual, juga bisa disiasati dengan pemberian ilustrasi atau contoh (sumber belajar, media, dan sebagainya), yang memang baik secara langsung maupun tidak diupayakan terkait atau berhubungan dengan pengalaman hidup nyata. Dengan demikin, pembelajaran selain akan lebih menarik, juga akan dirasakan sangat dibutuhkan oleh setiap siswa karena apa yang dipelajari dirasakan langsung manfaatnya.
Pendekatan CTL menekankan mengajar bukan transformasi pengetahuan dari guru kepada siswa dengan menghafal sejumlah konsep-konsep yang sepertinya terlepas dari kehidupan nyata. Akan tetapi, lebih ditekankan pada upaya memfasilitasi siswa untuk mencari kemampuan untuk bisa hidup (life skill) dari apa yang dipelajarinya.
Pembelajaran kontekstual ini memiliki tujuh tahapan pokok yang harus dikembangkan oleh guru, yaitu:
1) Konstruktivisme (Constructivisme)
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir (filosofi) dalam pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus membangun pengetahuan itu memberi makna melalui pengalaman yang nyata.
2) Menemukan (Inquiry)
Menemukan merupakan kegiatan inti dari pendekatan CTL. Melalui upaya menemukan akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan bukan merupakan hasil dari mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan hasil menemukan sendiri.
3) Bertanya (Questioning)
Penerapan unsur bertanya dalam pendekatan CTL harus difasilitasi oleh guru, kebiasaan siswa untuk bertanya atau kemampuan guru dalam menggunakan pertanyaan yang baik akan mendorong pada peningkatan kualitas dan produktivitas pembelajaran.
4) Masyarakat belajar (Learning community)
Maksud dari masyarakat belajar adalah membiasakan siswa untuk melakukan kerja sama dan memanfaatkan sumber belajar dari teman-teman belajarnya . Melalui sharing, anak dibiasakan untuk saling memberi dan menerima, sifat ketergantungan yang positif dalam learning community dikembangkan.
5) Pemodelan (Modeling)
Tahap pembuatan model dapat dijadikan alternatif untuk mengembangkan pembelajaran agar siswa bisa memenuhi harapan siswa secara menyeluruh, dan membantu mengatasi keterbatasan yang dimiliki oleh para guru.
6) Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru terjadi atau baru saja dipelajari. Dengan kata lain, refleksi adalah berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa lalu. Siswa mengadakan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Pada saat refleksi, siswa diberi kesempatan untuk mencerna, menimbang, membandingkan, menghayati, dan melakukan diskusi dengan dirinya sendiri (learning to be)
7) Penilaian sebenarnya (Authentic Assessment)
Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data dan informasi yang bisa memberikan gambaran atau petunjuk terhadap pengalaman belajar siswa. Dengan terkumpulnya berbagai data dan informasi yang lengkap sebagai perwujudan dari penerapan penilaian, maka akan semakin akurat pula pemahaman guru terhadap proses dan hasil pengalaman belajar setiap siswa.
EmoticonEmoticon